Cacing Tanah Tak Punya Mata

Date:

Cacing tanah tak punya mata, hidung, dan telinga. Lalu bagaimana ia mencari makanan? Tentu kita bertanya-tanya, bagaimana cacing-cacing itu menjalani hidupnya jika tak punya indra melihat, indra pendengaran bahkan indra penciuman.

aksiografi.com – Cacing beruas seperti cacing tanah adalah anggota filum Annelida. Cacing-cacing ini mempunyai struktur tubuh yang lebih maju daripada kebanyakan cacing. Badan cacing tanah seperti dua tabung. Tabung bagian dalam digunakan untuk mencerna makanan dan tabung bagian luar berfungsi sebagai dinding tubuh. Cacing tanah mempunyai mulut tetapi tidak mempunyai hidung, mata, atau telinga. Akan tetapi cacing tanah tanggap terhadap bau dan terhadap perubahan kelembapan, suhu, dan cahaya.

Dalam percobaan ini, kamu akan mempunyai kesempatan mengungkap keadaan yang bertolak belakang ini dengan mengamati dan menguji tanggapan cacing tanah terhadap berbagai macam rangsang. Kita juga akan menguji kemampuan belajar cacing tanah. Catatan: Ketika melakukan percobaan ini, jangan sampai ada cacing tanah yang mati. Perlakukan cacing tanah dengan hati-hati. Setelah selesai melakukan percobaan ini, kembalikan cacing tanah di tanah yang terlindung.

Tujuan uji coba ini adalah untuk melakukan pengamatan cacing tanah dalam lingkungan tanah yang mendekati kondisi aslinya. Uji coba ini penting karena cacing tanah berfungsi sebagai pengembur tanah seperti mikroba tanah dapat mengemburkan tanah bagi tanam-tanaman bahkan bekas cacing tanah menjadi pupuk alami yang terbaik.

Memulai Percobaan

Mulailah percobaan dengan mencari bahan-bahan dan peralatan yang ada di sekitar lingkunganmu. Praktek ini dilakukan berdasarkan prinsip Sekolah Alam dengan memanfaatkan media dan bahan di sekitar lingkungan kita sambil belajar bersama alam.

Bahan-Bahan

  • 3 cangkir tanah
  • 1 stoples berukuran
  • 1 liter dengan tutupnya
  • 1 cangkir (250 ml) air
  • 8 sampai 10 cacing tanah
  • kulit pisang
  • lembaran kertas koran
  • gelang karet
  • palu
  • paku besar

Cara Kerja

1. Masukkan tanah ke dalam stoples.

2. Lembapkan tanah dengan air dan jagalah kelembapannya selama melakukan percobaan.

3. Masukkan cacing tanah ke dalam stoples.

4. Masukkan kulit pisang di atas permukaan tanah dan berilah makan cacing dengan kulit pisang selama melakukan percobaan.

5. Gulung kertas koran agar pas mengelilingi bagian luar stoples. Kencangkan dengan gelang karet.

6. Gunakan palu dan paku untuk membuat 5 sampai 6 lubang pada tutup stoples.

7. Pasang dan kencangkan tutup stoples, dan tempatkan stoples di tempat yang dingin (lihat Gambar).

8. Lepas kertas korannya dan amati stoples setiap hari selama dua minggu.

cacing dalam media toples

Hasil

Cacing mulai menggeliat dan menyusup ke dalam tanah. Jaringan lorong dapat dilihat di dalam tanah. Kulit pisang menjadi hilang, dan kotoran cacing (tumpukan tanah yang tidak tercerna) tampak terlihat di permukaan tanah. Ternyata meskipun cacing tanah tak punya mata namun ketanggapannya terhadap bau, perubahan kelembaban, suhu, dan cahaya yang membuatnya dapat bertahan hidup dan mencari makanan.

Mengapa?

Cacing tanah tinggal di dalam sebagian kecil tanah. Di beberapa tempat ada 50.000 cacing tanah per acre luas tanah (kurang lebih 4.000 m²). Makanan cacing tanah terdiri atas sisa-sisa hewan dan tumbuhan di dalam tanah, yang ditarik ke mulut cacing oleh otot-otot tubuhnya.

Unsur hara diserap saat tanah melewati saluran pencernaan dan keluar di ujung yang lain. Dengan cara ini, cacing tanah sangat menguntungkan karena terowongan-terowongan yang dibuatnya dan proses pencernaannya menggemburkan dan memasukkan udara ke dalam tanah.

Cobalah Pendekatan Baru

Bagaimana suhu rendah mempengaruhi aktivitas cacing tanah? Letakkan stoples yang berisi cacing tanah di dalam lemari es. Lakukan pengamatan harian dari gerakan cacing di dalam stoples selama satu minggu. Biarkan cacing tanah berada di dalam almari es sampai percobaan selesai.

Suhu badan cacing tanah berubah sesuai dengan perubahan suhu lingkungan. Metabolismenya berkurang di dalam suhu dingin, sehingga cacing tanah menjadi lebih lamban. Oleh karena itu, dalam daerah yang sempit dapat menampung lebih banyak cacing tanah dalam waktu yang lebih lama.

Setelah Anda melakukan percobaan dengan pendekatan baru di atas, sampaikanlah hasilnya pada kolom komentar di bawah. Berbagilah dengan teman-temanmu, sampaikan hasil percobaanmu. Jika berkenan, tulislah lalu kirim ke email aksiografi.com agar dapat dimuat di laman Sekolah Alam.

Selamat Belajar!

Subscribe

Popular

More like this
Related

Emmy Noether Memaparkan Teori Revolusioner yang Menjadi Dasar Hukum Konservasi Alam Semesta

Tanggal 26 Juli 1918, Emmy Noether mempresentasikan teorema penting di Göttingen, Jerman. Teori ini menghubungkan simetri dengan hukum konservasi dalam fisika. Karyanya menjadi dasar teori relativitas dan fisika kuantum, menjadikan Noether sebagai salah satu tokoh ilmuwan paling berpengaruh dalam sejarah sains modern.

Satu Abad Traktat Lausanne: Saat Dunia Mengubur Kekhalifahan dan Melahirkan Turki Modern

Satu Abad Traktat Lausanne: momen berakhirnya Kekhalifahan Utsmaniyah dan...

Pertempuran ANKARA 1402: Saat Dua Raksasa Islam Bertarung, Eropa Menyusun Balas

Pertempuran Ankara pada 20 Juli 1402 antara Bayezid I dan Timur Lenk adalah titik balik yang menunda ekspansi Islam ke Eropa. Kekalahan Ottoman meretakkan kekuasaan Islam dan membuka ruang bagi kebangkitan Eropa. Kisah ini adalah pelajaran tentang bahaya perpecahan dan ambisi dalam tubuh umat.

1906: Ketika Suara Perempuan Menggema dari Utara

Pada 20 Juli 1906, Finlandia menjadi negara pertama di Eropa yang mengesahkan hak pilih universal, termasuk untuk perempuan. Langkah ini menjadikan Finlandia pelopor demokrasi inklusif, bahkan sebelum negara-negara besar Eropa mengakuinya. Sebuah tonggak sejarah yang masih relevan di tengah perjuangan kesetaraan hari ini.