Manfaat dan kegunaan zat pati bagi tumbuh manusia. Salah satunya adalah sumber energi utama secara bertahap sebagai persediaan bahan bakar dalam tubuh.
aksiografi.com – Pati adalah bahan utama sebagai sumber energi yang penting. Tumbuhan menghasilkan pati untuk menyimpan kelebihan glukosa hasil dalam jangka panjang sebagai hasil fotosintesis. Hewan dan manusia juga dapat menghasilkan pati sebagai sumber energi yang penting dalam menjalankan aktivitasnya.
Pati merupakan karbohidrat polimer yang terdiri dari polimer glukosa yang terdiri atas amilosa dan amilopektin. Amilosa adalah polimer rantau lurus dengan rata-rata sekitar 200 unit per molekul glukosa. Amilopektin merupakan komponen pati utama dalam kebanyakan tanaman, dengan persentase sekitar tiga-perempat dari total pati dalam tepung terigu.
Pati murni berbentuk bubuk putir, tawar, dan tidak berbau serta tidak larut dalam air dingin atau alkohol. Zat ini secara alami ada pada tumbuhan biji-bijian dan umbi-umbian. Pembentukan pati pada tumbuhan dari hasil proses fotosintetis untuk memproduksi dan menyimpan glukosa (gula elementer) yang bermanfaat dalam pertumbuhan dan reproduksi tumbuhan itu.
Struktur Zat Pati
Struktur pati terlihat hubungan dan ikatan-ikatan molekulnya. Amilosa yang berhubungan dengan polimer rantai normal dengan lebih dari 1000 molekul α-glukosa tergabung melalui ikatan α-1,4′-glikosidik dan terdapat dalam proporsi 20 hingga 30%.
Di sisi lain, amilopektin terdiri atas rantai unit α-glukosa yang panjang dan sangat bercabang yang bergabung antara ikatan α-1,4′-glikosidik. Percabangan ini merupakan hasil dari ikatan silang antara karbon 1 dalam satu unit glukosa dan karbon 6 di unit lain (ikatan α-1,6′-glikosidik).
Sebagai gudang karbohidrat pada tumbuhan untuk kebutuhan penyimpanan dalam jangka panjang dari proses fotosintesis, pati merupakan karbohidrat utama sebagai bahan konsumsi manusia. Komposisi amilosa dan amilopektin bervariasi pada makanan yang mengandung pati berbeda. Kandungan amilopektin lebih banyak ketimbang amilosa pada makanan. Dalam pati, amilosa hanya terdapat antara 15 persen hingga 35 persen saja.
Dalam butiran pati, rantai amilosa dan amilopektin tersusun dalam bentuk semi-kristal, sehingga tidak larut dalam air dan memperlambat pencernaannya oleh amilase pankreas. Umumnya, pati biji yang lebih besar mengembang pada suhu yang lebih rendah daripada pati biji yang lebih kecil.
Ketika dipanaskan dengan air, struktur kristalnya menjadi rusak dan rantai polisakarida menjadi acak. Ini menyebabkan pemuaian dan kepadatan “gelatinisasi”, yang merupakan untaian amilopektin yang dapat dapat mengarah pada pembentukan gel yang cukup stabil. Temperatur swelling terpengaruh oleh beberapa faktor yaitu pH, laju pemanasan, pretreatment, dan adanya garam serta gula.
Sifat dan Karakteristik Zat Pati
Amilosa bersifat sangat hidrofilik karena banyak mengandung gugus hidroksil. Sifat amilosa inilah sehingga molekul amilosa cenderung membentuk susunan paralel melalui ikatan hidrogen. DI dalam air, kumpulan amilosa sulit membentuk gel, meskipun pada konsentrasi yang tinggi. Itu juga menjadi penyebab sehingga molekul pati tidak mudah larut dalam air. Berbeda dengan amilopektin, ia memiliki struktur yang bercabang, sehingga pati akan mudah mengembang dan membentuk koloid dalam air.

Pati merupakan komponen terbesar yang terdapat pada tumbuhan seperti singkong, beras, sagu, jagung, kentang, talas, dan ubi jalar. Dalam dunia industri, pati menjadi baku untuk produk makanan dan obat-obatan. Khusus industri makanan, pati sangat penting untuk pembuatan makanan bayi, kue, pudding, bahan pengental susu, permen jelly, dan pembuatan dekstrin.
Sifat pati lainnya adalah tidak larut dalam air dingin, karena molekulnya berantai lurus atau bercabang dan tidak berpasangan, sehingga membentuk jaringan yang mempersatukan gramula pati. Selain itu, kesulitan dalam penggunaan pati adalah proses pemasakannya memakan waktu yang cukup lama, pasta yang terbentuk juga cukup keras.
Tidak heran jika proses produksi pati dalam dunia industri membutuhkan modifikasi dalam memperoleh sifat-sifat yang sesuai untuk aplikasi tertentu.
Jenis-Jenis Zat Pati

Zat pati memiliki beberapa jenis berdasarkan sumbernya. Berikut jenis-jenis zat pati:
- Amylum oryzae (Pati Beras)
- Amylum Maydis (Pati Jagung)
- Amylum Tritici (Pati Gandum)
- Amylum Manihot (Pati Singkong)
- Amylum Marantae (Pati Garut)
- Amylum Solani (Pati Kentang)
Manfaat Zat Pati dalam Tubuh
Manfaat zat pati dalam tubuh dapat mendukung kesehatan dan kebugaran seseorang. Berikut manfaatnya:
Sumber Energi Utama
Pati atau amilum adalah karbohidrat umum dalam makanan manusia sebagai makanan pokok untuk kebutuhan energi utama bagi tubuh. Setelah pati masuk dalam tubuh melalui makanan, pati terurari dalam tubuh menjadi glukosa, yang kemudian beredar dalam aliran darah. Glukosa yang beredar itu bermanfaat sebagai bahan bakar oleh sel-sel tubuh. Glukosa ini memberi daya pada berbagai fungsi tubuh, termasuk aktivitas otak dan sistem saraf.
Bahan Bakar Bertahap
Salah satu keunggulan pati sebagai sumber energi adalah ia menyediakan bahan bakar secara bertahap dalam tubuh. Hal ini karena proses penguraian pati menjadi glukosa memakan waktu, sehingga energi dilepaskan secara stabil dan berkelanjutan selama beberapa waktu setelah mengonsumsi makanan mengandung pati.
Sumber makanan yang mengandung pati tinggi seperti kentang, jagung, beras, ubi jalar, ubi kayu, gandum, pisang, kacang polong, dan kacang-kacangan, dan lain-lain. Banyak produk tepung diproduksi dari tumbuhan umbi-umbian seperti tapioka, tepung yang dibuat dari zat pati singkong. Sumber makanan dapat juga diuji kandungan zat pati dan glukosa dengan cara sederhana.
Meningkatkan Kesehatan dan Kebugaran
Manfaat tepung tepioka yang mengandung zat pati juga bisa meningkatkan sel darah merah, memperkuat kepadatan tulang dan otot, menjaga kesehatan pencernaan, dan membuang lemak trans dan sodium.
Kegunaan Zat Pati
Komponen Utama dalam Tepung
Meskipun dalam sehari-hari, pati sebagai tepung, namun ia adalah penyusun utama dalam pembuatan tepung. Tepung tidak akan menjadi tepung jika hanya terdiri dari unsur pati saja. Tepung beras mengandung pati beras, protein, vitamin, dan lain-lain yang terkandung pada butiran beras. Untuk mendapatkan unsur pati pada tepung kita dapat mengekstraksinya dengan cara memanaskannya. Pati juga sering disebut dengan kanji. Ini terjadi karena terjemahan dari bahasa Inggris starch yang berarti penyusun utama tepung, to starch berarti menganji atau memberi kanji.

Perekat dan Pengental Makanan
Zat pati digunakan sebagai bahan perekat dan pengental dalam makanan cair, seperti sup dan saus. Kemampuannya untuk membentuk gel saat dipanaskan membuatnya berguna untuk menghasilkan tekstur makanan yang kental dan menggugah selera.
Penggunaan dalam Produksi Lem
Sebelum lem modern beredar luas, masyarakat sering menggunakan pati sebagai lem kertas. Pati digunakan sebagai perekat untuk menempelkan kertas atau selebaran iklan di dinding tembok atau benda lainnya.
Selain irit, lem ini juga bisa mempercepat pekerjaan dengan menggunakan kuas memenuhi kertas yang ingin ditempel. Banyak orang menggunakan lem ini karena kertas yang sudah melekat sulit dicabut.
Cara membuat lem dari pati cukup mencampur air lalu dipanaskan pada kompor setelah agak mengental, adonan pati sudah berfungsi sebagai perekat. Di beberapa masyarakat, pati biasa digunakan untuk mengeraskan pakaian dengan menyemburkan larutan pati cair ke atas pakaian sebelum disetrika.
Penggunaan dalam Industri
Pati memiliki peran penting dalam industri dalam industri makanan dan obat-obatan. Dalam industri makanan, pati digunakan untuk pembuatan berbagai produk seperti makanan bayi, kue, pudding, permen jelly, dan bahan pengental susu. Selain itu, pati juga dimanfaatkan dalam produksi dekstrin.
Penggunaan dalam Perawatan Bayi
Ia juga sangat baik menyerap kelembapan. Misal serbuk pati disapukan pada bagian kelangkang bayi untuk mengurangi gatal-gatal. Banyak ibu-ibu menggunakan pati ketimbang bedak untuk menyerap kelembapan dan menjaga agar pelapis senantiasa kering.
Pengolahan menjadi Gula dan Etanol
Pati dapat diubah menjadi gula melalui proses malting atau difermentasi untuk menghasilkan etanol. Gula ini kemudian digunakan dalam makanan olahan atau dalam produksi minuman seperti bir, wiski, dan biofuel.
Penulis: Suharni Yusuf
Penyunting: Gusti Zainal