Angka Kematian Akibat COVID-19 per 31 Mei

Date:

Angka kematian akibat COVID-19 di dunia per 31 Mei 2020. WHO melaporkan di laman resminya sebanyak 367.166 kematian jiwa di seluruh dunia. Benua Amerika tertinggi mencapai 157.702 jiwa.

aksiografi.com – Kematian akibat COVID-19 masih terus berlangsung dan meningkat hingga hari ini, 31 Mei 2020. Berdasarkan laporan World Health Organisation (WHO) menyebutkan terdapat 5.934.936 kasus dan 367.166 kematian di seluruh dunia.

Benua Amerika tertinggi mencapai 2.743.793 kasus dengan kematian 157.702, Eropa 2.142.547 dengan kematian 180.085, Timur Tengah dengan jumlah kasus 505.001 dengan kematian 12.353, Asia Tenggara jumlah kasus 260.579 dengan kematian 7.431, Pasifik Barat sebanyak 181.665 dengan kematian 7.028, sedangkan benua Afrika jumlah kasus 100.610 dengan kematian 2.554.

Total Kasus dan Kematian COVID-19 di Seluruh Dunia pada 31 Mei 2020
Keterangan: Terjadi lonjakan kasus dan kematian dalam sebulan sejak 30 Aprll hingga 31 Mei. Kasus tertinggi ada di Benua Amerika dan Jumlah Kematian akibat COVID-19 ada di benua Eropa.

Sebulan lalu, pada 30 April, total kasus sebanyak 3.089.733 di seluruh dunia. Artinya terjadi peningkatan sebanyak 2.844.462 kasus hanya dalam sebulan. Jumlah kasus yang meningkat tajam terjadi di benua Amerika sebanyak 1.497.603 hanya dalam sebulan. Disusul Eropa sebanyak 707.898 kasus tambahan selama sebulan, dan Timur Tengah sebanyak 322.584 kasus, Asia Tenggara sebanyak 206.558 kasus, dan Pasifik Barat, sebanyak 33.922 kasus, dan Afrika hanya 75.897 kasus selama sebulan.

Berikut perbandingan kasus COVID-19 antara data 30 April dan 31 Mei 2020 di setiap benua.

angka kematian akibat COVID-19 di dunia per 31 Mei

Tercatat ada 182 negara dan 35 teritori yang terkonfirmasi kasus COVID-19. Pada akhir bulan Maret jumlah negara yang terkonfirmasi masih sebanyak 116 negara dan 28 teritori.

Sementara Indonesia jumlah kasus yang dikonfirmasi sebanyak 25.773 dengan kematian sebanyak 1.573. Jumlah kasus baru pada 31 Mei sebanyak 557 dan jumlah yang meninggal sebanyak 53 jiwa. Pada 30 April, jumlah kasus di Indonesia sebanyak 9.771 kasus dan kematian sebanyak 784.

Dalam sebulan ini kasus di Indonesia bertambah sebanyak 16.002 kasus dan kematian bertambah sebanyak 789 jiwa. Artinya dalam sebulan saja, jumlah kasus kematian karena COVID-19 selama sebulan melebih jumlah total kematian sejak korona masuk pada tanggal 2 Maret hingga 30 April.

WHO juga menyebutan bahwa orang yang hidup dengan penyakit tidak menular (Noncommunicabel diseases_NCD) lebih rentan menjadi sakit parah atau sekarat akibat COVID-19. Pandemi tersebut juga telah menyebabkan gangguan layanan NCD menurut hasil awal dari penilaian cepat (a rapid assessment), dan WHO mendorong pemerintah untuk ‘membangun kembali dengan lebih baik’ (build back better).

Di belahan dunia lain, Presiden Kosta Rika dan Direktur Jenderal WHO Dr Tedros meluncurkan the COVID-19 Technology Access Pool ( Kelompok Akses Teknologi COVID-19), sebuah inisiatif kebijakan yang bertujuan membuat vaksin, tes, perawatan, dan teknologi kesehatan lainnya untuk memerangi COVID-19 dapat diakses oleh semua orang. Teknologi ini bertujuan untuk mengurangi tingkat kematian akibat COVID-19.

Inisiatif

Inisiatif ini memiliki lima bidang prioritas, yaitu:

1.     Pengungkapan publik tentang urutan dan data gen (Public disclosure of gene sequences and data);

2.     Transparansi seputar publikasi semua hasil uji klinis (Transparency around the publication of all clinical trial results);

3.     Pemerintah dan penyandang dana lainnya didorong untuk memasukkan klausul dalam perjanjian pendanaan dengan perusahaan farmasi dan inovator lainnya tentang distribusi yang adil, keterjangkauan dan publikasi data uji coba;

4.     Melisensikan segala potensi perawatan, diagnostik, vaksin, atau teknologi kesehatan lainnya ke Medicine Patent Pool – badan kesehatan publik yang didukung oleh PBB yang bekerja untuk meningkatkan akses ke, dan memfasilitasi pengembangan, obat-obatan yang menyelamatkan jiwa untuk berpenghasilan rendah dan menengah negara; dan

5.     Promosi model inovasi terbuka dan transfer teknologi yang meningkatkan kapasitas produksi dan pasokan lokal, termasuk melalui bergabung dengan Open Covid Pledge dan Technology Access Partnership (TAP).

Kantor Regional WHO untuk Afrika telah mendesak kehati-hatian karena negara-negara mempermudah penguncian. Direktur Regional WHO Dr Moeti menekankan bahwa “Ending lockdown is not an event but a process …” (“Mengakhiri kuncian bukanlah suatu peristiwa, tetapi suatu proses …”). Angka kematian akibat COVID-19 di dunia diprediksi tidak akan berakhir di tahun ini namun malah semakin bertambah.

Sementara di kawasan Eropa berupaya membangun perekonomian yang berbeda untuk beradaptasi dengan situasi kesehatan global. Dr Hans Henri P. Kluge, Direktur Regional WHO untuk Eropa, telah merilis pernyataan yang menganalisis pandemi COVID-19 di Eropa dan menekankan bahwa pemulihan harus mengarah pada ekonomi yang berbeda (a different economy, an economy of well-being).

Subscribe

Popular

More like this
Related

Hari Gizi Nasional 2025: Upaya Membangun Generasi Sehat Melalui Gizi yang Optimal

Hari Gizi Nasional 2025 mengusung tema “Pilih Makanan Bergizi...

Perjanjian Belavezha: Awal dari Konflik Abadi antara Rusia dan Ukraina

Perjanjian Belavezha, pada 8 Desember 1991, mengakhiri Uni Soviet,...

23 Tahun Hari Internasional Pencegahan Eksploitasi Lingkungan dalam Perang dan Konflik

Mengungkap kisah Hari Internasional Pencegahan Eksploitasi Lingkungan dalam Perang...

Sejarah Hari Kesehatan Mental Sedunia

Jejak Sejarah Peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia: Dari Awalnya...