Aksi Pengeboman MacDonald House Singapura sebagai kisa antara kejahatan kemanusiaan dan aksi heroik, antara kriminalitas dan nasionalisme.
aksiografi.com – Pada 10 Maret 1965, 59 tahun silam, keheningan kota Singapura terpecah oleh ledakan dahsyat di Gedung MacDonald House, sebuah simbol kegiatan bisnis yang megah di Orchard Road. Bagi banyak orang, peristiwa ini adalah titik balik dalam ketegangan antara Indonesia dan Singapura. Namun, di balik tragedi ini, tersembunyi cerita yang dalam, sebuah narasi kompleks yang mencakup patriotisme, ketegangan politik, dan dendam sejarah.
Dua tentara Indonesia, Harun Said dan Usman Mohd Ali, telah diidentifikasi sebagai otak di balik pengeboman tersebut. Bagi Singapura, mereka adalah penjahat yang tidak berperikemanusiaan, tetapi bagi Indonesia, mereka adalah pahlawan yang berjuang untuk keadilan. Pengeboman itu, yang terjadi beberapa bulan sebelum Singapura memproklamirkan kemerdekaannya dari Malaysia, adalah sebagai tindakan heroik. Aksi itu mengekspresikan perlawanan terhadap apa yang dipandang sebagai proyek neokolonialisme Inggris.
Menurut otoritas Singapura, pengeboman ini adalah bagian dari serangkaian upaya untuk merusak stabilitas di wilayah tersebut. Mereka menuduh Indonesia mengirim agen-agen untuk menyebarkan ketegangan rasial dan menimbulkan kekacauan dengan aksi teror. Pengeboman di MacDonald House menjadi insiden paling mematikan di antara serangkaian serangan oleh penyabot Indonesia di Singapura, yang mencakup 37 pengeboman antara 1963 dan 1966.
Kedua pelaku, Harun dan Usman, tertangkap. Pengadilan Singapura menjatuhi hukuman mati pada tahun 1968. Di sisi lain, Indonesia mengangago mereka sebagai pahlawan yang berjuang demi keadilan. Paradoks moral yang rumit: di satu sisi, mereka dihukum mati sebagai penjahat di Singapura, tetapi sebagai pahlawan di negara mereka sendiri.
Ledakan itu sendiri menyebabkan kerusakan besar, menelan tiga korban jiwa dan melukai puluhan lainnya. Gedung MacDonald House, sebelumnya simbol kejayaan bisnis, berubah menjadi saksi bisu dari pertempuran ideologi dan kebencian sejarah.
Meskipun peristiwa ini terjadi puluhan tahun yang lalu, bekas luka masih terasa hingga hari ini. Bagi orang-orang Singapura, MacDonald House menjadi simbol keganasan yang tidak dapat terlupakan, sementara bagi Indonesia, Harun dan Usman tetap sebagai pahlawan yang terhormat. Pada akhirnya, tragedi di MacDonald House menjadi cermin dari kompleksitas hubungan antara dua negara tetangga, di mana garis antara kejahatan dan patriotisme sering kali kabur.