“Jangan memperlakukan orang lain sebagaimana mereka memperlakukan Anda, selera mereka mungkin berbeda.” George Bernard Shaw
aksiografi.com – Film klasik tahun 1987, The Princess Bride, yang diadaptasi dari buku William Gooding, menampilkan sebuah adegan menarik yang melibatkan pertarungan kecerdasan antara pahlawan Westley dan Vizzini. Dalam adegan ini, Westley menantang Vizzini dengan meletakkan dua gelas anggur di meja. Dia mengklaim bahwa salah satu gelas tersebut berisi racun mematikan yang disebut bubuk iocane. Westley kemudian menantang Vizzini untuk memilih gelas yang ingin diminum.
Pertanyaan Vizzini terdengar sederhana, “Apakah Anda jenis orang yang akan menaruh racun ke dalam gelas Anda sendiri, atau gelas lawan?” Dia meyakinkan dirinya bahwa orang yang cerdas pasti akan memilih gelas mereka sendiri, sementara orang bodoh akan memilih gelas yang ada di depan mereka. Namun, dalam twist yang tak terduga, Westley mengungkapkan bahwa dia telah meracuni kedua gelas tersebut karena memiliki imunitas terhadap bubuk iocane. Vizzini yang mencoba bermain cerdas dengan menukar gelas hanya tertawa dengan gembira, tanpa menyadari nasib buruknya.
Meskipun adegan ini tampak jauh dari kaitannya dengan ekonomi, sebenarnya itu adalah contoh sempurna dari apa yang disebut Game Theory. Game Theory adalah ilmu yang mempelajari strategi manusia dan bagaimana setiap tindakan mempengaruhi hasil akhirnya. Dalam beberapa dekade terakhir, Game Theory telah menjadi konsep yang sangat berpengaruh dalam bidang ekonomi.
Pada abad ke-18, Adam Smith berpendapat bahwa manusia pada dasarnya serakah. Namun, Smith percaya bahwa ketika keserakahan ini diarahkan melalui pasar, akan menghasilkan masyarakat yang lebih baik. Pendekatan Game Theory, di sisi lain, mencoba untuk memahami bagaimana keserakahan seseorang mempengaruhi cara mereka berinteraksi dan bernegosiasi satu sama lain.
Salah satu contoh klasik dari Game Theory adalah “Dilema Tahanan”. Dalam contoh ini, dua orang yang berkomplot untuk melakukan kejahatan dihadapkan pada pilihan mengaku atau tetap diam. Jika salah satu mengaku dan yang lain tetap diam, pengaku akan diberikan kebebasan sementara rekannya akan dijatuhi hukuman sepuluh tahun penjara. Jika keduanya tetap diam, mereka akan menerima hukuman selama satu tahun. Namun, jika keduanya mengaku, mereka akan dihukum selama lima tahun.
Dalam teori matematika, pilihan yang paling masuk akal bagi kedua pihak adalah tetap diam. Namun, Game Theory mengasumsikan bahwa individu serakah cenderung mengkhianati satu sama lain demi keuntungan pribadi dan untuk menghindari hukuman yang lebih lama. Namun, jika dilema tahanan ini berulang kali dilakukan, orang dapat belajar untuk bekerjasama dan memilih untuk tetap diam, dengan harapan mitra mereka juga akan melakukan hal yang sama.
Game Theory juga dapat ditemukan dalam berbagai konteks kehidupan nyata. Dalam film klasik James Dean Rebel Without a Cause, karakter utama terlibat dalam permainan “pengecut” yang melibatkan mengemudi mobil dengan kecepatan tinggi menuju tebing. Pemain yang melompat keluar dari mobil pertama kali dianggap kalah, tetapi mereka juga menghadapi risiko tertinggi, yaitu kematian.
Game Theory mendapat perhatian yang luas ketika diangkat dalam film A Beautiful Mind pada tahun 2001. Film ini mengisahkan kehidupan matematikawan John Nash, yang mengalami schizofrenia paranoi dan menderita selama sebagian besar kariernya sebelum akhirnya memenangkan Nobel Ekonomi pada tahun 1994. Meskipun Nash bukan pencipta awal Game Theory, kontribusinya terletak pada pengembangan dan penerapan teori tersebut. Konsep “Keseimbangan Nash” yang dia temukan menggambarkan situasi di mana dua pemain dalam permainan tahu strategi lawan mereka dan tetap bertahan pada strategi yang sama.
Game Theory bukanlah ilmu yang terbatas pada ekonomi semata. Teori ini melibatkan perilaku manusia dalam segala jenis permainan atau situasi yang melibatkan strategi. Hal ini mencakup permainan dengan kemenangan dan kekalahan, serta permainan dengan hasil yang saling menguntungkan. Dalam konteks ini, orang dipaksa untuk menebak niat rasional orang lain demi keuntungan pribadi. Karena ketergantungan strategis ini dalam interaksi manusia, Game Theory memiliki dampak yang signifikan dalam bidang politik, ekonomi, dan perdagangan.
Namun, meskipun Game Theory telah memberikan wawasan yang berharga tentang perilaku manusia, masih banyak hal yang belum dipahami. Seperti yang dikatakan oleh Avinash Dixit, seorang pakar Game Theory terkemuka dari Princeton University, “Teori ini masih jauh dari selesai, dan merancang strategi yang sukses tetap merupakan seni.”