Pengertian deflasi dapat dipahami cukup dengan kutipan berikut ini: “Saya akan menekankan hasil penting, dari teori deflasi utang, bahwa Great Depression dapat disembuhkan dan dapat dicegah melalui reflasi dan stabilisasi.” Irwing Fisher, ekonom AS.
aksiografi.com – Selama berabad-abad, deflasi—penurunan harga per tahun—pernah dianggap sebagai fenomena yang tidak berbahaya. Namun, pandangan ini berubah pada abad ke-20 ketika deflasi menyebabkan krisis ekonomi paling dahsyat dalam sejarah. Bayangkan, deflasi bisa menyebabkan sirkulasi harga yang mencekik pertumbuhan dan menimbulkan risiko ekonomi yang serius.
Deflasi: Pengertian dan Dampaknya
Deflasi mengacu pada penurunan harga barang dan jasa, biasanya dari tahun ke tahun, yang menyebabkan nilai uang mengalami kenaikan. Pada dasarnya, ini berarti kekuatan beli masyarakat meningkat tanpa harus meningkatkan penghasilan mereka. Sebaliknya, dalam ekonomi dengan inflasi tinggi, nilai uang akan tergerus seiring waktu.
Deflasi dan Perangkat Ekonomi di Masa Lalu
Dalam sejarah ekonomi, banyak negara mengalami deflasi dalam berbagai periode. Pada awal abad ke-20, ekonomi mengalami periode deflasi singkat. Bahkan, ekonom Milton Friedman berpendapat bahwa deflasi dalam tingkat yang moderat sebenarnya menguntungkan dan pemerintah harus menjaganya.
Namun, pandangan ini berubah drastis ketika Great Depression melanda Amerika Serikat dan berbagai negara lain pada tahun 1930-an. Deflasi yang terjadi pada saat itu terjadi setelah kenaikan besar dalam harga saham pada tahun 1920-an, dan menyebabkan ekonomi mengalami periode kelam yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Great Depression: Deflasi yang Mengerikan
Great Depression menjadi contoh deflasi yang menghancurkan ekonomi. Setelah ledakan spektakuler harga saham selama Roaring Twenties, pasar saham runtuh, menyebabkan jutaan orang kehilangan pekerjaan, harga rumah jatuh, dan perusahaan bangkrut.
Penurunan harga barang dan jasa, meskipun tampak menguntungkan bagi konsumen awalnya, sebenarnya menyebabkan beban utang meningkat tajam. Nilai utang tetap sama, sementara harga-harga turun, sehingga meningkatkan beban bagi para peminjam.
Spiral Deflasioner: Jerat yang Sulit Lepas
Deflasi bukan hanya berdampak pada individu dengan utang, tetapi juga menjangkiti keseluruhan ekonomi. Ketika harga turun, masyarakat cenderung menahan diri untuk berbelanja, mengharapkan harga akan turun lebih lanjut. Hal ini menyebabkan harga terus merosot, bisnis mengalami penurunan pendapatan, dan pekerjaan terancam.
Bank sentral, sebagai penjaga stabilitas ekonomi, berusaha untuk mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga. Namun, ketika deflasi terjadi, bank sentral kesulitan karena batas bawah suku bunga adalah nol. Pilihan lain yang lebih tidak konvensional harus diambil, seperti pemudahan kuantitatif—mencetak uang untuk menyuntikkan likuiditas ke dalam ekonomi.
Dekade yang Hilang: Jepang sebagai Contoh
Jepang adalah salah satu negara yang mengalami “dekade yang hilang” karena spiral deflasioner. Pada pergantian milenium, Jepang memotong suku bunga menjadi nol dan menggunakan pemudahan kuantitatif untuk melawan deflasi, tetapi dampaknya masih belum terpecahkan.
Refleksi untuk Masa Depan
Deflasi tetap menjadi ancaman bagi ekonomi modern, dan perangkat ekonomi yang tepat harus menjadi pertimbangan dalam menghadapinya. Bank sentral memiliki peran penting dalam mengatasi fenomena ini, tetapi harus berhati-hati dan proaktif dalam menggunakan kebijakan yang tepat agar deflasi tidak menjadi jerat yang sulit lepas.
Kesimpulannya, deflasi adalah fenomena yang rumit dan berbahaya bagi stabilitas ekonomi. Penting bagi para ahli ekonomi dan pengambil kebijakan untuk memahami risiko yang terlibat dan mencari solusi yang tepat untuk menghadapinya.