Workshop Kampung Iklim Berbasis Pangan Hutan

Date:

Workshop kampung iklim berbasis pangan hutan digelar KAPABEL bekerja sama dengan Dinas Penanggulangan Lingkungan Hidup (DPLH) Sulawesi Selatan dan Balai Pengendalian Perubahan Iklim, Kebakaran Hutan dan Lahan (BPPI-KHL) Wilayah Sulawesi.

Aksiografi.com – KAPABEL (Konsorsium Adaptasi Perubahan Iklim dan Lingkungan) menggelar Worksshop  Program Kampung Iklim (Proklim) di Hotel Delton Makassar, Jumat, 18 Maret 2022. Workhsop ini menjadi salah satu exit strategy proyek Adaptation Fund program Adapatasi Ekosistem DAS Saddang berbasis Pangan Hutan yang telah berjalan selama 15 bulan di empat kabupaten: Toraja Utara, Tana Toraja, Enrekang, dan Pinrang.

KAPABEL sebagai executing entity menjalankan program Adpatasi Perubahan Iklim dengan kegiatan-kegiatan Pengelolaan Kawasan Hutan melalui skema Perhutanan Sosial yang berbasis pangan hutan. Sejak diinisiasi KAPABEL telah berhasil membentuk 28 Kelompok Tani Hutan yang mengusulkan Hutan Kemasyarakatan seluas kurang lebih 5.000 hektar are. Saat ini, pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan Lingkungan (KLHK) telah menyetujui usulan itu seluas 2.957 per Januari 2022 dan usulan lainnya masih dalam proses administrasi.

Selain itu, KTH yang beranggotakan 926 orang ini telah membuat 18 rumah bibit untuk tanaman pohon yang multiguna  (Multiplepurpuse Tress) seperti sukun, pala, durian, dan kemiri.  Jenis tanaman ini selain berfungsi sebagai tanaman pohon yang dapat melestarikan hutan juga menghasilkan buah yang dapat diproduksi menjadi pangan.  Selain tanaman MPTs, KAPABEL juga memperkenalkan jenis tanaman umbi-umbian yang dapat dilah menjadi pangan alternatif seperti sikapa dan porang.

kategori lokasi proklim
Sumber Gambar: Materi presentasi Workshop Kampung Iklim dari Balai PPI-KHL Sulawesi

“KTH yang terbentuk di wilayah Hulu DAS Saddang, Kabupaten Toraja Utara, Tanah Toraja, dan Enrekang, diharapkan dapat menjadi motor penggerak kegiatan-kegiatan adaptasi perubahan iklim di masa mendatang,” ungkap Gusti Zainal, Koordinator Proyek Adaptation Fund. Selain itu, KAPABEL juga telah membentuk 5 Kelompok Peduli Perubahan Iklim (KPPI) di wilayah hilir DAS Saddang, kabupaten Pinrang, sebagai motor penggerak di lima desa dampingan KAPABEL.

Dalam pengelolaan pangan, KAPABEL telah membentuk Industri Rumahan (Home Industry) yang akan mengelola hasil hutan pangan menjadi produk turunan pangan alternatif dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.

Kegiatan-kegiatan adaptasi dalam program ini telah memenuhi sebagian besar persyaratan Program Kampung Iklim sehingga KAPABEL berinisiatif menggelar Workshop Kampung Iklim agar 15 desa dampingan dapat diusulkan menjalankan program kampung iklim.  Menurut Kepala Bidang Tata Lingkungan DPLH, Fajar Bohari, bahwa syarat melakukan pengajuan proklim dalam Sistem Registrasi Nasional dibutuhkan adanya kelompok kerja yang telah disahkan dan telah melakukan kegiatan adaptasi dan mitigasi minimal dua tahun.

“Program Adaptation Fund di DAS Saddang telah berjalan 15 bulan sehingga tahun ini sudah desa-desa dampingan sudah dapat diregistrasi karena telah terbentuk KTH sebagai kelompok kerja dan kegiatan-kegiatan mitigasi seperti penanaman pohon dan adaptasi telah berjalan baik,” kata Gusti Zainal.

Beberapa komponen adaptasi dalam Proklim yaitu 1). Pengendalian kekeringan, perubahan iklim, dan longsor, 2) peningkatan ketahanan pangan, 3) penanganan atau antisiasi kenaikan muka air laut, instrusi air laut, abrasi, ablasi, dan gelombang tinggi, 4) pengendalian penyakit terkait iklim, dan kegiatan lain yang terkait dengan upaya peningkatan penyesuaian terhadap perubahan iklim. Dua komponen adaptasi Proklim telah dilaksanakan oleh kelompok binaan KAPABEL yaitu peningkatan ketahanan pangan melalui pengelolaan kawasan hutan melalui skema Hutan Kemasyarakatan (HKm) di Hulu DAS Saddang dan  penanganan ablasi melalui penanaman rumput gajah di Hilir DAS Saddang.

Dalam sambutan kepala DPLH Sulawesi Selatan, Ir. Andi Hasbi Nur, MT, menyebutkan bahwa hampir seluruh kabupaten di Sulawesi Selatan memiliki kampung atau desa Proklim, hanya Kabupaten Selayar dan Pinrang yang belum ada hingga saat ini. “Semoga workshop ini dengan mengandalkan program KAPABEL dapat menambah jumlah kampung Proklim,” katanya saat membuka acara workshop. “Sulsel, lanjut Andi Hasbi, merupakan provinsi di mana Proklim berkembang. Ada 7 dari desa Proklim Lestasri ada di Sulawesi Selatan.”

Pemateri kedua kegiatan workshop dibawakan oleh Wakit Hasim, SE. M.Si., Kepala Seksi Pengendalian Perubahan Iklim Balai PPI-KHL Sulawesi. “Proklim bukan lomba tapi murni partisipasi masyarakat dalam pengendalian perubahan iklim. Ada tiga kategori kegiatan dengan masing-masing persentasenya, yaitu kegiatan adaptasi sebanyak 30%, kegiatan mitigasi 30%, dan kelembagaan 40%,” kata Wakit Hasim.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Subscribe

Popular

More like this
Related

Hari Gizi Nasional 2025: Upaya Membangun Generasi Sehat Melalui Gizi yang Optimal

Hari Gizi Nasional 2025 mengusung tema “Pilih Makanan Bergizi...

Perjanjian Belavezha: Awal dari Konflik Abadi antara Rusia dan Ukraina

Perjanjian Belavezha, pada 8 Desember 1991, mengakhiri Uni Soviet,...

23 Tahun Hari Internasional Pencegahan Eksploitasi Lingkungan dalam Perang dan Konflik

Mengungkap kisah Hari Internasional Pencegahan Eksploitasi Lingkungan dalam Perang...

Sejarah Hari Kesehatan Mental Sedunia

Jejak Sejarah Peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia: Dari Awalnya...