Kapabel Melakukan Penjajakan Inovasi Adaptasi Perubahan Iklim

Date:

Kapabel melakukan penjajakan inovasi kegiatan adaptasi perubahan iklim di empat kabupaten di DAS Saddang Sulawesi Selatan. Saat ini, KABAPEL sedang merancang dan membuat aplikasi masyarakat cerdas iklim.

Aksiografi.com – Andi Mattalatta, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pinrang, senantiasa siap siaga dalam penanggulangan bencana. Bukan hanya itu, mantan kepala kecamatan dua periode ini, memahami betul bagaimana upaya melakukan mitigasi dan adaptasi Perubahan Iklim terhadap masyarakat yang rentang bencana.

“Kami senantiasa menginformasikan upaya mitigasi dan adaptasi kepada masyarakat melalui pemerintah kecamatan hingga ke desa, minimal empat kali setahun, dengan situasi perubahan bencana saat ini,” ungkap Andi Mattalatta.

Foto: Andi Mattalatta, Kepala BPBD Pinrang, menyampaikan inovasi adaptasi perubahan iklim (Ais-KAPABEL)

Di musim hujan dengan cuaca ekstrem, BPBD menyurat kepada pemerintah kecamatan dan desa agar masyarakat yang berada di wilayah rawan bencana seperti di lerengan, cekungan, di bantaran sungai agar dievakuasi untuk menghindari terjadinya korban jiwa. Andi Mattalatta menyadari bahwa itu adalah tanggung jawab pemerintah bagi masyarakatnya dan risiko bagi pemerintah jika tidak melakukan upaya penanggulangan risiko bencana.

“Apa yang saya lakukan, sebenarnya, adalah refleksi dari pengalaman selama menjabat kepala kecamatan bagaimana mengatasi risiko-risiko bencana terhadap masyarakat,” ungkap Andi Mattalatta saat menerima audiensi Koordinator Proyek Adaptation Fund, Gusti Zainal,di ruangan kerjanya pada 30 Maret 2022.

“Meskipun anggaran kurang, lanjut Andi Mattalatta, tapi kami bekerja tetap fokus pada upaya penanggulangan maksimal apalagi Wilayah Pinrang ini adalah wilayah hilir DAS Saddang,” terangnya. Salah satu usulan BPBD Pinrang kepada KAPABEL (Konsorsium Adaptasi Perubahan Iklim dan Lingkungan) agar adanya sistem informasi iklim yang terintegrasi dengan kabupaten-kabupaten yang berada di hulu.

“Terkadang di Pinrang tidak hujan tapi terjadi banjir di wilayah hilir. Itu karena terjadi hujan di wilayah hulu DAS yang intensitasnya tinggi. Nah, jika ada sistem informasi terkait itu maka kami di wilayah Pinrang sudah dapat menyiagakan, minimal menginformasikan situasi itu kepada pemerintah setempat,” tandas Andi Mattalatta.

KAPABEL sebagai konsorsium yang menerima dana hibah dari Adaptation Fund dari PBB telah melaksanakan kegiatan adaptasi di DAS Saddang sejak Oktober 2020 hingga saat ini telah membuat sistem aplikasi LONTARA, Climate Smart Community (Masyarakat Cerdas Iklim). “Sistem aplikasi ini merupakan wadah para pihak dalam memantau perkembangan situasi cuaca ekstrem di DAS Saddang. Sehingga diharapkan upaya penanggulangan mitigasi dan adaptasi berjalan terintegrasi dan terkoordinasi,” ungkap Gusti Zainal, Koordinator Proyek.  

Di beberapa titik di Hulu DAS Saddang telah terpasang weather station yang menangkap informasi angin, hujan, dan kelembaban secara digital. Dalam aplikasi ini juga, masyarakat dapat memasukkan informasi bencana yang terjadi secara langsung dalam menu report. “Jika terjadi longor, misalnya, warga dapat melaporkan dengan memasukkan foto kejadian dan menulis laporan singkat yang memuat informasi bencana apa, di mana lokasinya, dan berapa korbannya. Laporan itu langsung masuk dalam laporan terbaru sehingga setiap orang dapat melihat informasinya,” kata Gusti Zainal.

menu report inovasi adapatasi perubahan iklim
Sumber gambar: http://weather-station.dei.co.id/

Melalui program KAPABEL, para pemuda di Pinrang yang terbentuk dalam Kelompok Peduli Perubahan Iklim (KPPI) di lima desa dampingannya, mulai menyadari pentingnya upaya adaptasi perubahan iklim. “Generasi muda di Pinrang mulai mengembangkan budidaya tanaman mangrove dan melakukan penanaman mangrove di sempadan pantai hilir DAS Saddang, termasuk mengelola sampai, memetakan titik-titik rawan bencana, dan penanaman rumput gajah di bantaran sungai,” jelas Muh. Faisal M, Proyek Manager KAPABEL di Hilir DAS Saddang.  

Aplikasi ini, KAPABEL menyebutkan sebagai Masyarakat Cerdas Iklim, http://weather-station.dei.co.id/, karena melalui aplikasi ini masyarakat dapat mengikuti perkembangan iklim dan beradaptasi dengan perubahan iklim yang terjadi. “Aplikasi ini diharapkan dapat terus dikembangkan melalui program inovasi berdasarkan masukan-masukan dari instansi terkait dengan kebencanaan,” harap Gusti Zainal saat diwawancarai Aksiografi.com.

Kegiatannya sebelumnya, KAPABEL juga telah memfasilitasi Workshop Kampung Iklim Berbasis Pangan Hutan bekerja sama dengan Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) Provinsi Sulawesi Selatan dan Balai Pengendalian Perubahan Iklim, Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Sulawesi dengan mengundang pemerintah desa dampingan KAPABEL.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Subscribe

Popular

More like this
Related

Hari Gizi Nasional 2025: Upaya Membangun Generasi Sehat Melalui Gizi yang Optimal

Hari Gizi Nasional 2025 mengusung tema “Pilih Makanan Bergizi...

Perjanjian Belavezha: Awal dari Konflik Abadi antara Rusia dan Ukraina

Perjanjian Belavezha, pada 8 Desember 1991, mengakhiri Uni Soviet,...

23 Tahun Hari Internasional Pencegahan Eksploitasi Lingkungan dalam Perang dan Konflik

Mengungkap kisah Hari Internasional Pencegahan Eksploitasi Lingkungan dalam Perang...

Sejarah Hari Kesehatan Mental Sedunia

Jejak Sejarah Peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia: Dari Awalnya...